Selasa, 05 Juli 2022

Pasar Tugu Taman Badhog Purbalingga (1)

 Pasar Tugu Taman Badhog Purbalingga (1)

Cerita singkat tentang Pasar Mandiri, Tugu Bancar, Taman Maerakaca dan Pasar Badhog, Purbalingga


Pasar Mandiri

Dahulu di jalan Pujowiyoto, dekat perempatan SD Purbalingga Wetan ada pasar. Pasar krempyeng, pasar yang ramainya hanya waktu pagi, sampai sekitar jam sembilan, sudah sepi kembali. Di pasar ini, walau ada juga penjual ayam, namun mayoritas para pedagang jualannya jajan pasar dan sayuran. Pasar krempyeng di pinggir jalan Pujowiyoto ini dikenal dengan nama Pasar Badhog. Kata mbadhog, yang berarti makan, dan badhogan artinya makanan, maka kata "badhog" rupanya sengaja disematkan untuk nama pasar ini, karena di pasar banyak penjual makanan, atau badhogan itu. 

Sebenarnya kata badhog, badhogan, mbadhog, adalah bahasa ngoko kasar, kurang sopan, tapi apa boleh buat, begitulah yang tersaji dan terjadi. Dalam hal ini, ternyata kata badhogan menjadi lebih populer dibandingkan dengan kata jajanan atau panganan. 

Jadi dahulu sudah ada pasar badhog, pasar yang mayoritas menyajikan makanan, atau badhogan, jajan pasar, dan itu berada di Jalan Pujowiyoto.

Seiring dengan waktu, keramaian pasar ini akhirnya mengganggu lalu lintas, maka sekitar tahun 1990-an, pasar ini lokasinya digeser, ke lahan tanah Makam Narasoma yang berada di barat jalan. 

Para pedagang pun, suka tidak suka pindah ke lokasi baru tersebut. Dan walaupun pedagang dan jualannya sama, ternyata nama pasarnya diubah, dengan nama: Pasar Mandiri. Maka berakhirlah riwayat pasar badhog yang berada di perempatan dekat Bu Timah, pedagang sayuran yang dulu legendaris.

Begitulah sedikit cerita tentang awal-mula Pasar Mandiri, Purbalingga, yang sesungguhnya berawal dari pasar badhog versi lama. 

Semoga berkenan.

.

"Dulu, pernah beli apa di Pasar Badhog, Pak?"

"Jiwel"

"Kok, jiwel?"

"Iya, jiwel, yang kalau makan dijiweli, terus dimasukkan ke mulut!"

"Oh! Kalau jongkong, bagaimana?'

"Jongkong, kalau makan langsung di jongkongkan ke mulut!"

"Lah kalau pipis?"

"Pipis, ya pipis dulu lah, baru boleh makan!"

"Bukan, dipipisi dahulu, baru dimakan?"

"Nggaklah! Jorok itu!"

.

Nuwun

=======

.

Minggu, 12 Juni 2022

Mantra Jawa Slaman Slumun

 Mantra Jawa Slaman Sluman

Tiga kata yang bagi orang Jawa cukup bermakna, sering dijadikan mantra untuk menghadapi persoalan yang menghadang dirinya. Namun penyebutannya perlu kecermatan dalam memilih kata, agar sesuai dengan niatnya.

Mantra Kejawen ini unik dan cukup menggemaskan. Tiga kata yang dalam penyebutannya sedikit diringkas, mirip tembung 'garba', dalam bahasa Jawa. Cermati dan bandingkan tiga kata berikut: 

Slaman, Slumun, Slamet

Sluman, Slumun, Slamet

.

Hehe, ada yang beda, kan? 

Beda di bagian depan, yang satu 'Slaman', yang satu 'Sluman'. Kata kedua dan ketiga sama. Sebuah mantra, mantra Kejawen. Ciri mantra Kejawen adalah menggabungkan kata atau frasa dari bahasa Arab dengan kata dari bahasa Jawa.

Kata kedua murni dari Arab yaitu slumun, ringkasan dari kata salamun yang berarti kesejahteraan, kenyamanan. Kata ketiga slamet, ini jelas dari kata selamat, artinya selamat, terbebas dari rasa prihatin, jauh dari marabahaya, atau dijauhkan dari hal-hal yang negatif. Syukur selamatnya di dunia dan juga di akhirat.

Kata 'Slaman', dari kata salaman, akar katanya dari Arab, salim, salam, yang berarti hormat, damai, aman. Kita mengenal kata salaman, bersalaman, berjabat tangan, mencermati arti salaman maka di saat berjabat tangan seharusnya ada rasa saling menghormati, saling menyayangi, dan juga saling mendoakan untuk kebaikan dan kenyamanan masing-masing. Hem, barangkali, begitu sebenarnya cara dan rasa orang yang bersalaman.

Kesimpulannya, kalau ada orang menyebut kata: "Slaman, Slumun, Slamet"

Itu sama dengan sedang membaca mantra agar dirinya mendapatkan situasi dan kondisi yang positif, yaitu mendapatkan kesejahteraan, keselamatan dan kenyamanan. Dijauhkan dari "ribed-ributing rubeda". Baik dari hasil berdoa sendiri, usahanya sendiri, maupun didoakan atau diusahakan oleh orang lain. Mantra ini dapat digunakan saat mau kondangan, ngantar manten, mau sedekah, perjalanan tilik saudara, berangkat ibadah, dsb, pokoknya yang happy, yang menghasilkan energi positif.

Itulah "Slaman, Slumun, Slamet"

Aamiin !

.

Nah sekarang yang bermantra:

"Sluman, Slumun, Slamet"

Menggunakan kata Sluman, di depan, bukan Slaman. Ngapunten, menurut saya, kata Sluman itu berasal dari kata Siluman.

Siluman adalah makhluk halus yang tersembunyi namun ada saatnya dia bisa menampakkan diri.

Jadi isi mantra; Sluman, Slumun, Slamet ini diperlukan saat berhadapan dengan hal-hal yang bersifat mendadak, dengan harapan bisa mengelabuhi rintangan penghadang, sehingga mampu menyelinap, berkelit menghindarinya, tidak terdeteksi radar dan selamat.

Kesimpulannya mantra; Sluman, Slumun, Slamet ini digunakan dalam keadaan darurat,  dalam situasi yang bersifat negatif. 

Misalnya, mau masuk tempat wisata, tempat hiburan, yang harusnya beli karcis kok ingin menyelinap gratisan, pakailah mantra ini. Barangkali manjur juga untuk berkelit saat  ada cegatan, tapi lupa bawa SIM.

Namun dalam hal kejahatan berat, misalnya: Korupsi, mencuri, nyabu, dll. Mantra ini tidak berlaku, pasti, tetap saja ketahuan yang berwajib atau yang berwenang.

Jadi kesimpulan akhirnya; 

Mantra: Slaman, Slumun, Slamet .... bersifat positif,

Mantra; Sluman, Slumun, Slamet .... bersifat negatif.

.

Seberapa besar kemanjuran mantra ini?

Tergantung!

Kalau sedang beruntung, ya, manjur.

Kalau sedang sial, ya, tidak manjur.

.

Ngapunten,

Sekedar iseng dan sedang sedikit usil.

Nuwun

.

.

Sabtu, 04 Juni 2022

GURU KENCING BERDIRI

 Guru Kencing Berdiri

.

Sejak SD sudah diajarkan peribahasa: "Guru Kencing Berdiri, Murid Kencing Berlari". Artinya: Jika guru memberi teladan buruk, maka perilaku murid akan lebih buruk lagi. Mengapa menggunakan kata kencing? Karena kencing dapat digolongkan sebagai perilaku jorok. Dan air kencing juga dinilai sebagai air yang kotor, najis. Jadi guru kencing berdiri, menjadi simbol teladan yang buruk.

.

Sepertinya peribahasa ini dibuat oleh laki-laki dari Jawa. Dahulu laki-laki Jawa, pakaian bawahnya, menggunakan kain, jarit, istilahnya "bebedan". Jadi kalau mau kencing, tinggal sedikit buka kain, dan jongkok. Cuur! Selesai. Tapi bisa juga, peribahasa ini justru ide dari kaum putri yang kalau kencing pasti jongkok. Jadi jongkok adalah cara kencing yang benar. Perempuan yang kencing sambil berdiri adalah aib, jelek, bukan teladan yang baik. Mungkin!

.

Begitulah, maka akhirnya, kencing jongkok dinilai sebagai etika yang benar. Dan kencing berdiri dinilai sebagai perilaku yang buruk. Itu dahulu! Sekarang guru putra tidak lagi bebedan, tapi cenderung pakai celana panjang, jadi kalau mereka kencing, juga cenderung sambil berdiri. Maka kata "kencing berdiri", sepertinya, sekarang sudah expired. Karena, sekarang, bagi guru-guru putra, kencing sambil berdiri, rasanya sudah menjadi perilaku yang sangat wajar. Namun demikian semoga para guru, walaupun terbiasa kencing berdiri, tetap saja dapat memberi teladan yang baik bagi para muridnya.

.

"Guru Kencing Berdiri, Murid Kencing Berlari". Mencermati kata;  "berdiri" dan "berlari",  peribahasa ini menggunakan gaya bahasa penegasan, golongan klimak. Maka yang sesungguhnya tersirat di dalam peribahasa ini adalah; siswa punya potensi berkreativitas yang kemungkinan dapat melebihi gurunya. Dengan demikian peribahasa ini dapat juga diterjemahkan bahwa: keteladanan guru yang baik (berdiri) akan membangkitkan kreativitas muridnya, sehingga para muridnya, dalam kebaikan, dapat melebihi kemampuan gurunya  (berlari). 

.

Semoga bermanfaat

.

Minggu, 01 Mei 2022

KEYAKINAN WAYANG

 Keyakinan Wayang (1)

.

Pertaruhan

Keyakinan diri Yudhistira dan diri Sengkuni demikian hebatnya. Keduanya berkeyakinan akan menang dalam permainan judi dadu. Demi keyakinannya, Yudistira berani mempertaruhkan seluruh miliknya, sampai istrinya pun dipertaruhkan. Sengkuni, berbekal kecurangan, juga berkeyakinan akan menang, dilayanilah pertaruhan Yudhistira (Puntadewa). Dengan dasar keyakinan masing-masing, maka keduanya berani mempertaruhan segala sesuatunya dengan penuh percaya diri.

.

Hasil

Yudhistira melawan Sengkuni, keduanya terlibat dalam baku laku permainan judi, judi dadu. Setiap kali Yudhistira kalah maka Sengkuni membujuknya agar terus berjudi sampai berjaya. Karena anjuran dan bujukan sesat Sengkuni itulah, Yudhistira pun nekad terus berjudi dan berkeyakinan akan menang,  Setelah sekian waktu berlalu, hasilnya: Sengkuni menang! Yudhistira kalah telak, terpuruk akibat ulah licik Sengkuni, harta benda, tahta, negara dan istrinya, harus diserahkan kepada pihak Sengkuni. Begitulah, diawali dengan keyakinan yang hebat, diakhiri dengan hasil yang berbeda. Begitulah, secuil cerita wayang, kisah Mahabharata, episode Pandhawa Dadu.

.

"Pak, boleh sedikit menyimpulkan!"

"Boleh, mangga!"

"Hasil akhir tidak mesti sesuai dengan keyakinan awal yang menggebu. Begitu, Pak?"

"Mungkin!"

"Kok, mungkin! Teruskan, Pak!'

"Kapan kapan!"

.

Semoga bermanfaat

Lagi kepengin ndongeng

Nuwun.

.

Keyakinan Wayang (2)

.

Perang Bharatayuda. Sengkuni punya keyakinan menang. Bekalnya adalah jumlah Kurawa yang seratus dan para senapati perang yang sakti, ada Drona, Bisma, Karna, Salya, Bogadhenta dll. Sengkuni adalah pengatur panglima perang. Yudhistira melayaninya, dengan bersandar pada Kresna yang ahli dalam muslihat perang. Hasilnya: Sengkuni, 99 Kurawa, dan para panglima perang pendukungnya, kalah dan tewas. Bharatayuda berakhir. Pandhawa menang. Begitulah, diawali dengan keyakinan yang teguh, diakhiri dengan hasil yang berbeda. Secuil cerita wayang, kisah Mahabharata, episode Bharatayuda.

.

Perlu Laku

Peristiwa main dadu dan perang Bharatayuda adalah "laku", atau proses mewujudnya suatu keyakinan. Dalam cerita wayang ini, antara Sengkuni dan Yudhistira ada tiga hal yang utama yaitu: keyakinan, laku, hasil. Yang pertama, keyakinan bahwa melalui berbagai upaya keduanya yakin akan mendapatkan kemenangan. Yang kedua "laku", yaitu proses sebagai jalan mewujudnya keyakinan. Yang ketiga, hasil: wujud akhir dari sebuah keyakinan setelah melewati "laku", bisa menang atau kalah, hidup atau mati, bisa juga bahagia (surga) atau sengsara (neraka).

.

Kesimpulan

Sekedar kesimpulan dan nasehat untuk Sengkuni, juga untuk Yudhistira, bahwa:

1. Keyakinan kalian, ternyata, seperti bermain judi, bisa menang, bisa kalah, bisa benar, bisa salah.

2. Keyakinan kalian tidak perlu dipaksakan kepada pihak lain, sebab kalian juga masih dalam tahap keyakinan.

3. Seluruh keyakinan kalian akan berakhir, setelah proses laku, jadi sebelum proses laku, sebaiknya tetap fokus ke keyakinan sendiri agar jadi kenyataan.

4. Sesungguhnya tiap wayang punya hak untuk memiliki keyakinan masing-masing, tidak kalian saja yang punya hak berkeyakinan, jadi jangan memaksa, jangan takabur dengan keyakinan diri.

.

Begitulah, sedikit cerita tentang Keyakinan Wayang, episode Pandhawa Dadu dan Perang Bharatayuda. 

Begitulah, sekedar sumbang saran untuk tokoh Sengkuni dan Yudhistira.

Semoga bermanfaat.

.

"Pak keyakinan hidup bahagia, setelah meninggal boleh?"

"Ya, boleh banget. Tapi kapasitasnya ya masih keyakinan, kan!"

"Maksudnya?"

"Kebenaran dari keyakinan itu, ya nanti setelah proses laku, setelah hembusan nafas terakhir!"

"Oh, begitu!"

"Iya. Mulane, tetep sing sabar, tawakal. Ndonga sing mantep supaya keyakinanmu dadi nyata. Ora susah kaya Sengkuni, kae!"

"Maksudnya?"

"Ngajak berjudi, dan berperang kepada Yudhistira, hanya karena punya keyakinan untuk menang, untuk hidup makmur!"

"Oh, begitu?"

"Ya, semoga sekarang jadi paham hal Keyakinan Wayang."

"Kita, semua wayang, nggih?!"

"Ndean!"

.

Semoga berkenan

Lagi kepengin ndongeng

Nuwun.

.

.


Senin, 29 November 2021

JEJAK REL LORI

Jejak Rel Lori (1) . Tapak Batang Besi Ini adalah hasil naik sepeda saat menyusuri bekas tapak rel, tapak batang-batang besi yang dijadikan sebagai landasan jalannya kereta api, lokomotif menyeret puluhan gerobak besi (lori) yang berisi tebu. Jejak rel lori ini, sampai saat ini, walau tidak lagi utuh, masih menghiasi wajah Purbalingga bagian selatan. 

PUNDHEN

PUNDHEN 
Toto Endargo 
 
Pundhen (1)  
"Pak, tidak crita Muskhil?" 
"Belum, crita pundhen, dulu lah!" 
"Apa, ada yang minta crita ini?" 
"Iya! Ada yang pesan. Ikut nyimak ya!" 
"Nggih!" 
Pundhen  
Pundhen dari kata pundhi, bukan pundi. Pundhi adalah istilah Jawa, memiliki arti; dimuliakan atau dihormati. Dari kata pundhi terbentuk kata; dipundhi-pundhi, artinya sangat dihormati. Pundhi + an, menjadi pundhen, pepundhen, artinya; sesuatu, atau seseorang atau juga suatu tempat yang dihormati dan diakui keberadaannya. 
Banyak orang yang mengatakan bahwa pundhen adalah tempat untuk ngalap berkah. Tempat untuk memohon dan mendapatkan sesuatu, bisa rejeki, pangkat, jabatan, jodhoh, kesehatan, anak dan permohonan lain, sesuai yang diinginkan dan diyakini untuk dikabulkan. 
Itulah makna pundhen. 
Begitu! 
.

Sabtu, 06 November 2021

Virus Si Lelembut

Virus Si Lelembut 
Toto Endargo
"Hayo, Pak Guru, janji crita virus!" 
"Iya. Crita siki?" 
"Nggih, Pak!" 
"Sethithik bae, ya!" 
"Nggih!" 
Virus itu lelembut, tapi bukan hantu, makhluk lembut (sel) yang tidak dapat dilihat dengan mikroskop biasa, apalagi dengan mata wadag. Saking lembutnya, dia tidak mampu menggandakan dirinya secara mandiri, baik dengan membelah diri, bertelur, apalagi dengan beranak-pinak. 
Maka untuk menggandakan dirinya, dia nunut kepada lelembut lain, atau nunut sel lain, yang mampu membelah diri, mampu berkembang biak. Caranya adalah dengan memasukkan dirinya ke sel sasaran, sel apa saja, bisa sel pada tumbuhan, sel pada hewan, sel pada manusia, bahkan bisa memasukkan dirinya ke dalam diri bakteri. 
Virus minimal tersusun dari tiga bagian yaitu: protein inti, protein pengikat, protein spike. Untuk mudahnya saya sebut bagian: badan, kulit dan sungut
Dengan mencermati badannya dapat diketahui, virus itu termasuk ke dalam virus apa. Bisa golongan virus influenza, bisa virus HIV, virus Corona, virus Ebola, virus Herpes Simpleks, atau virus yang lain. 
Sama-sama virus influenza, karena dicermati dari badannya yang sama; Tetapi karena kulitnya berbeda, maka antara virus influenza tersebut, disebut sebagai beda "strain". Jadi istilah "strain" adalah menunjukkan virus dari golongan yang sama, tetapi beda kulitnya, beda protein pengikatnya. Beda kulit. 
Sama-sama virus Corona, karena badannya sama, kulitnya sama; Tetapi karena sungutnya berbeda, maka antara virus Corona tersebut, disebut beda "varian". Jadi istilah "varian" adalah menunjukkan virus dari golongan yang sama, tetapi sungutnya berbeda, berbeda protein spike-nya. Beda sungut. 
Begitulah maka code atau identitas virus, selalu berlanjut, ada-ada saja. Walaupun sama-sama, misalnya, virus Corona, karena kulitnya/sungutnya berbeda, maka code atau identitasnya berbeda. Maka, jika ada berita, "virus varian baru!" 
Berarti virus yang kemarin itu, bisa saja sekarang, saat ini, sungutnya sudah berbeda, sudah berubah. Padahal setiap produk baru, biasanya, cenderung lebih canggih, jadi kalau ada virus varian baru, berarti, juga, virus yang cenderung lebih canggih, lebih kebal, lebih bandel bahkan mungkin lebih ganas. 
"Duh, lelembutnya bisa lebih ganas ya, Pak?" 
"Iya, kanggone sing percaya!" 
"Napa, wonten sing dereng pitados?" 
"Ya, ana. Wong, ya, dhewek-dhewek!" 
"Terus, bagaimana cara mengatasinya?" 
"Cara saya, apa cara pemerintah?" 
"Cara pemerintah sudah banyak di sosmed, 5 M + vaksin, Pak!" "Iya, ya!" 
"Cara, Pak Guru, gimana, Pak?" 
"Caranya, setiap hari harus melakukan upaya membasmi virus yang ada di tubuh dan yang ada di sekitar kita!" 
"Cara membasminya, Pak, bagaimana?" 
"Hehe..., besok-besok saja, saya cerita!" 
"Lho, kok besok?!" 
"Iya, mbok, kamu menilai saya bohong!" 
"Enggaklah, Pak!" 
"Tapi, yang jelas, saya melakukannya dan hasilnya saya sehat!" 
"Oh, ternyata, Pak Guru, punya kiat juga untuk mengatasi virus!" 
"Ya. Begitulah!" 
"Pak Guru, ngapunten! Sementara, maturnuwun, nggih, Pak!" 
"Maturnuwun, koh, sementara! Sebabe?" 
"Supados Pak Guru, ngenjang, ngendikan malih!" 
"Lah, ya, angger kober!" 
"Nggih, kober mawon!" 
"Mbuh!" 
Hehe .. . 
Semoga bermanfaat 
Maturnuwun. 
Ngapunten Sedang sedikit cerita 
Nuwun 
.

Jebakan Kupu-kupu

Jebakan Kupu-kupu 
Toto Endargo
Sebuah puisi ditulis dengan sebuah renungan filosofi yang sungguh memikat. Sebuah kemudahan yang terbalut dalam keindahan. 
....... 
Kalau ingin kupu-kupu, 
jangan tangkap kupu-kupunya, 
pasti ia akan terbang. 
Tetapi tanamlah bunga-bunga, 
maka kupu-kupu akan datang sendiri 
dan membentangkan sayap-sayapnya yang indah. 
Bahkan bukan hanya kupu-kupu yang datang, 
tetapi kawanan yang lain juga kan datang 
. ...... 
Hehe .., ada aktivitas yang terabadikan. 
Bahwa saat kupu-kupu berkepak di bunga-bunga, 
ada yang singgah sambil melakukan ritual vital, 
melepaskan dan meletakkan telur-telurnya. 
Sehingga 3 sampai 7 hari setelahnya, 
daun-daun tumbuhan mulai hilang bentuk, 
mulai merana dilanda tukang ukir daun, 
si ulat melata dari telur yang sudah menetas. 
Sang ulat pengukir daun begitu rakusnya, 
hingga kadang, 
daun tumbuhan bunga, tinggal tulang pokoknya. 
Semakin besar sang kupu-kupu, 
semakin besar dan semakin rakus pula, 
si ulat penerus generasinya. 
Semakin indah sayap sang kupu-kupu, 
semakin unik wujud ulatnya. 
.
Jebakan kupu-kupu. 
Dalam keindahan bentang terbang sayapnya, ternyata terdapat perilaku yang dapat mengancam kehidupan yang lain. Ironisnya perilaku tersebut dilakukan dengan sadar dan sengaja demi kelangsungan hidup dan kehidupan anak-cucunya. 
Teganya, teganya, teganya! 
Tega! 
Di dalam gebyar yang tampak memikat, 
ada kemungkinan, 
ada keburukan yang membahayakan. 
Semakin berkilau 
dan semakin mengagumkan dalam pandangan, 
maka, mungkin, 
akan semakin unik 
potensi bencana yang akan ditimbulkannya. 
Jadi ..., Tanamlah bunga-bunga, 
agar kupu-kupu datang ke taman bunga. 
Telitilah daun-daunnya, 
agar ulat tak sempat merusak si taman bunga. 
Jadi ..., 
Kupu-kupu yang datang, 
perilakunya harus dievaluasi, 
semoga tidak berpengaruh negatif 
terhadap keberadaan isi taman bunga. 
Oke! 
"Pak, judulnya; Jebakan Kupu-kupu, ya?" 
"Iya" 
"Kupu-kupu malam, apa juga menjebak?" 
"Nggak tahu?" 
"Pak Guru, lombo! Mesthi priksa! Kalau kupu-kupu kertas, bagaimana, Pak?" 
"Kupu-kupu kertas, sie apa? Mbok sing neng lagune Ebiet G Ade?" 
"Nggih, Pak. Tapi belum paham! Pak Guru, tahu?" 
"Ngerti, tapi anu, ngarang, mung ngira-ira!" 
"Napa, Pak?Niku" 
"Kupu-kupu itu simbol perempuan, wanita, bukan betina. Kertas itu maksudnya buku, sarana untuk belajar!" "Jadi ...?" 
"Jadi, yang jadi 'kupu-kupu kertas' itu, kalau nggak para pelajar perempuan, ya para mahasiswi!" 
"Oh, gitu ya, Pak. Asli saya baru paham! Hehe, Pak Guru, printer ya?" 
"Ngarang, deneng, printer? Apa nggo nyetak?" 
"Nggih, Pak! Nyetak lare, saged dados printer!" 
"Mbuhlah! Ana-ana, bae!" 
"Maturnuwun, Pak Guru!" 
"Ya!" . 
Hehehe ... 
Semoga bermanfaat 
Maturnuwun sedang sedikit usil. 
Nuwun.

Liberal Basa Jawa

Liberal Basa Jawa
Toto Endargo
 . 
"Kados pundi, Pak, sampun nyerat bab liberal?"
"Sing nganggo basa Jawa?" 
"Enggih" 
"Uwis! Anu ngarang thok. Arep maca?" 
"Nggih. Pokoke kula badhe nyimak!" 
"Ya. Maturnuwun, kersa maca!" 
Hehe .. 
Liberal kuwe, yaa padha karo wingi, golongane "jarwa dhosok". Liberal, sekang tembung Banyumasan: "LI BE-bas RA L-arangan". 
Tembung-tembung sing isine mung: mandan meksa, mandan maido: "Toli Bebas, Ora Larangan!". 
Tembung "toli": asli basa Banyumas, tegese padha karo, "kudune", "sebenere", tembung sing ngemu maksud, meksa. 
Tembung "bebas", tegese; "sekarepku", "sekarep-karepe". 
Tembung, "ora", duwe teges: "moh", "nolak". 
Tembung, "larangan", duwe teges padha karo; "de-ngel-ngel", "penggakan". 
Tembung, "Li bebas", karo tembung, "Ra larangan", jane padha, yakuwe maksude, polahe wegah depenggak, wegah de-ngel-ngel, wegah deluruhi, wegah delarang. 
Dadi paham liberal kuwe, paham sing kepengin bebas, polahe aja depenggak. Mung bae, paham liberal kuwe, esih ngerti etika maring negara, ora seneng angger negarane kacau. 
Senenge negara sing aman, tentrem, ekonomi maju. Sebab sebenere, paham liberal kuwe, utamane maring masalah ekonomi, kepengine numpuk dunya. 
Saben wong liberal kepingine duwe dunya brana sing akeh mblegedhu. Mulane paling ora seneng, angger ana undang-undang utawa peraturan sing bisa gawe ora lancare lakuning bisnis. 
Bos-bos sing sugih, bisa bae bareng-bareng, dengan senang hati, gawe ontran-ontran, demo, protes, kuwe angger ana peraturan, undang-undang, sing ora mbatheni, ora menguntungkan, ora nekakna cuan. 
Hehe .. 
Wislah, yaa. 
Dadi liberal kuwe cekakan sekang tembung: Toli Bebas Ora Larangan. "LI BE-bas RA L-arangan". Kepengin bebas, bebas mikir, bebas berpolitik, nanging sing utamane bebas neng masalah ekonomi, aja ngganggu masalah kepemilikan pribadi. 
Prinsipe, angger dengel-ngel, deganggu dunyane : Mayuh bareng-bareng padha protes. 
Kuwe sing jenenge Liberal. 
"Pak, menawi teng keluarga, sinten, Pak, sing nganut paham liberal" 
"Ya, ibu, ibu!" 
"Kok saged?" 
"La kae. Senengane numpuk harta neng kulkas. Malah kadang ana sing nganti lonyod, pete nganti kisut, tempe semangat nganti semangit, daging setahun esih wutuh nganti atos kaya watu" 
"Napa, nggih" 
"Iya. Angger deluruhi jengkel. Protes. Apa-apa desunteki neng waja!" 
 "Napa, nggih" 
"Genah! Lenga desuntek, brambang, bawang, lombok, uyah, gula, kadang kangkung, kabeh desuntek, malah sok desiram banyu mbarang!" 
"Nah, niku sie, ibune lagi masak!" 
"Oh masak ya!" 
Hehe .. 
"Pak oligarki, sie napa?" 
"Aja takon inyong!" 
"Taken sinten?" 
"Bakul oli. Takon; oli rega siki!" 
"Ampun guyon, Pak, serius?" 
"Hehe .., takon bae!" 
"Nggihlah. Maturnuwun, Pak Guru!" 
"Ya" 
Ngapunten Lagi kepengin crita. 
Muga-muga ana manfaate. 
Nuwun

Moderat Basa Jawa

Moderat Basa Jawa

Toto Endargo 

.

"Kadospundi, Pak. Moderat, niku basa Jawi?" 

"Kelingan, ya! Iya, basa Jawa!" 

"Crita Malih, Pak. Najan namung ngarang, kula simak mawon!" 

"Crita tegese 'moderat'?" 

"Nggih! Banyumasan, Pak!" 

"Njaluk! Prentah!" 

Hehe ... . 

Moderat sekang tembung "model", karo tembung "rata". Dadi "moderat" kuwe, mlebu golongane; "jarwa dhosok". Model tegese, padha karo; cara urip, wernaning polah, kelakuan. Terus angger rata, artine; sepadha-padha, maksud genahe, inyong-rika duwe nggon sing padha, duwe hak sing padha, rata. 

Prinsipe: Polahe inyong, polahe rika, jorna, padha-padha, aja ngganggu. Kuwe prinsipe wong moderat. Prinsip moderat ana neng ngendi bae, neng bidhang politik, agama, adat-istiadat, tekan neng keluarga ya ana. 

Paham moderat yaa bisa jengkel. Jengkel maring wong sing polahe ekstrim, maring sing polahe kebangeten. Dadi beda karo paham radikal. Paham radikal angger ora cocog, gampang jengkel, tapi angger wong moderat mung maklum thok. Sing penting aja ngganggu, polahe dhewek-dhewek, beda ora papa, padha-padha, aja padha ngganggu. Paham moderat kena dearani esih teyeng ngajeni karo polahe paham liya, asal ora ngganggu, asal ora kebangeten, asal ora ngrusak-ngrusak. Madan maen ya wong-wong moderat. . 

"Keluarga moderat, nggih saged ayem-tentrem, nggih Pak?" 

"Iya. Padha-padha maklume sie!" 

"Angger putrane angel, madan bodho, bapake nggih maklum!" 

"Ya, iya. Wong bapake, rumangsa, gemiyen lewih bodho, lewih angel maning!" 

"Hehe, angger ngaten niku, sing mesthi radikal, ibune, nggih Pak!" 

"Ndean!" . 

Muga-muga wis mandan paham ya, moderat kuwe sekang tembung: Mode-l Rat-a. Model rata. Tengerane, angger ana sikap utawa kelakuan sing sifate rata, ora njomplang, ora ngarah benere dhewek, prinsipe sepadha-padha, kuwe jenenge paham moderat. . 

 .

"Pak angger liberal kepriwe, Pak!" 

"Ko laa, senengane takon!" 

"Iya, Pak. Supaya inyong, dhong, maksude. Angger neng njaba, sokan padha ngomong liberal, liberal. Nyong bingung! Kepriwe, Pak?" 

"Lho, ko deneng, ora basa karo Pak Guru?" 

"Oh, nggih, ngapunten! Pak Guru, rengu napa mboten?" 

"Ya, ora. Mbok nyong wong moderat!" 

"Hehe.. Nanging rumiyin, kadhang radikal, kadhang moderat!" 

"Maksudmu?" 

"Dhong, taksih mucal. Radikal kaliyan lare jaler, moderat kaliyan lare estri!" 

"Maksudmu?" 

"Menawi lare jaler ingkang sekedhik lepat, dipun dukani. Nanging menawi lare estri sing jelas lepat, mboten dipun dukani!" 

"Ngawur! Kuwe mesti udu inyong!" 

"Oh, kula lepat nggih?!" 

"Kayane! Wis, ya!" 

"Nggih, maturnuwun" 

"Iya, padha-padha!" 

"Lho, Pak, liberale kapan?" 

"Kapan-kapan, angger kober!" 

"Lah...!" . 

Ngapunten Lagi kepengin crita 

Muga-muga ana manfaate. 

Nuwun .